
Semarang, 25 Oktober 2023 Progdi
S1-Manajemen Universitas Sains dan Teknologi Komputer (Universitas STEKOM) bekerja
sama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeritas Pembangunan Nasional Veteran
Jawa Timur Surabaya, Administrasi Niaga Politeknik Negeri Padang, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis di Universitas Prof. Dr. Moestopo Jakarta, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta, STIE STEKOM, Perkumpulan
Komunitas Industri dan Vokasi Indonesia (PERKIVI), Perkumpulan Teacherpreneur
Indonesia Cerdas (PTIC) dan https://www.Toploker.com, Sukses dalam menyelenggarakan Webinar Nasional dengan tema Peran Manajemen dalam Meningkatkan Daya Saing
Perusahaan di Era Disruptif.
Acara Webinar Nasional Peran Manajemen dalam
Meningkatkan Daya Saing Perusahaan di Era Disruptif tersebut diselenggarakan Rabu,
25 Oktober 2023 Pukul 13.00 s.d 16.00 WIB yang
di laksanakan melalui Zoom Meeting dan You Tube Universitas Sains dan Teknologi
Komputer (Universitas STEKOM) dan di hadiri oleh mahasiwa dan masyarakat umum.
Webinar Nasional di isi oleh 5 Narasumber yaitu Dr.
Dewi Khrisna (Dosen FEB UPN Veteran Jatim Surabaya), Dr. Emrizal., SE., MM.
(Dosen Admin Niaga PNP Padang), Dr. Hendi Prihanto, S.E., M.Ak. (Dosen FEB Moestopo
Jakarta), Sarwoto, S.E., M.Sc., Ph.D., LSS.Cp (Dosen FEB UNS Surakarta), Aftuqa
Sholikatur Rohmania, M.M. (Dosen Universitas STEKOM Semarang)
Dalam pemaparan narasumber, Sarwoto, S.E., M.Sc.,
Ph.D., LSS.Cp (Dosen FEB UNS Surakarta) menjelaskan tentang Lean-Resilience
Paradigm dalam Menciptakan dan Mempertahankan Keunggulan Bersaing Perusahaan di
Era Disrupsi. Apa itu Disrupsi? Kondisi suatu jaman Ketika teknologi informasi
mulai mencapai kemajuan yang definitive dan dengan cepat memperngaruhi pola-pola
relasi dan komunikasi.
Keunggulan bersaing. Keunggulan bersaing diperoleh Ketika
suatu organisasi mengembangkan atau memperoleh serangkaian atribut (atau
eksekusi) yang memungkinkannya mengungguli pesaingnya.
Lean dan Resilience adalah dua pendekatan yang berbeda
dalam manajemen perusahaan, tetapi keduanya dapat digunakan bersama-sama untuk
mencapai dan mempertahankan keunggulan bersaing dalam era disrupsi. Berikut
adalah bagaimana keduanya dapat diintegrasikan:
1. Lean Management: Lean management adalah metodologi
yang fokus pada efisiensi operasional dan pengurangan pemborosan. Dalam
menghadapi disrupsi, prinsip-prinsip Lean dapat membantu perusahaan untuk lebih
responsif terhadap perubahan. Beberapa elemen Lean yang relevan dalam konteks
ini adalah Pengurangan pemborosan: Dengan mengidentifikasi dan menghilangkan
aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah, perusahaan dapat mengalokasikan
sumber daya secara lebih efektif dan lebih responsif terhadap perubahan pasar. Peningkatan
efisiensi proses: Proses yang lebih efisien memungkinkan perusahaan untuk lebih
cepat dalam merespons perubahan permintaan atau situasi pasar yang tidak
stabil. Fokus pada
kualitas: Lean juga menekankan pentingnya kualitas produk atau layanan. Produk
yang berkualitas tinggi dapat membantu perusahaan mempertahankan pelanggan
mereka dalam situasi ketidakpastian.
2. Resilience Management: Resilience management adalah
pendekatan yang bertujuan untuk membuat perusahaan lebih tahan terhadap
gangguan dan perubahan eksternal. Beberapa elemen kunci dalam mencapai dan
mempertahankan keunggulan bersaing melalui ketangguhan adalah Diversifikasi
pasokan: Perusahaan perlu memiliki pasokan yang lebih diversifikasi untuk
menghindari gangguan yang dapat terjadi pada satu atau beberapa sumber pasokan
utama. Rantai pasokan
yang responsif: Membangun rantai pasokan yang lebih responsif dan adaptif
adalah kunci untuk menjawab perubahan dalam permintaan atau situasi pasar. Kesiapan dalam menghadapi bencana: Perusahaan perlu
memiliki rencana darurat dan kapasitas untuk merespons bencana atau gangguan
serius.
Integrasi Lean dan Resilience: Untuk mencapai dan
mempertahankan keunggulan bersaing di era disrupsi, perusahaan dapat
mengintegrasikan prinsip-prinsip Lean dan Resilience. Ini dapat dilakukan
dengan cara berikut: Identifikasi dan eliminasi pemborosan dalam operasi untuk
meningkatkan efisiensi, tetapi juga alokasikan sumber daya untuk meningkatkan
ketahanan perusahaan terhadap gangguan. Diversifikasikan pasokan tetapi tetap
menjaga efisiensi dalam rantai pasokan. Pertimbangkan kualitas produk dan layanan sebagai
bagian dari strategi Lean Anda, tetapi juga sebagai elemen penting dari
ketahanan perusahaan.
Integrasi antara Lean dan Resilience akan membantu
perusahaan menjadi lebih responsif terhadap perubahan pasar, tetap efisien, dan
tahan terhadap gangguan eksternal. Ini akan memungkinkan perusahaan untuk
mencapai dan mempertahankan keunggulan bersaing dalam era disrupsi yang cepat
berubah. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/8xb1RnnbTSs?si=mIYT6ytLesI5zWIV
Dalam pemaparan narasumber, Dr. Emrizal., SE., MM.
(Dosen Admin Niaga PNP Padang) menjelaskan tentang Strategi Meningkatkan Daya
Saing UMKM di Era Disruptif. Meningkatkan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) di era disruptif memerlukan sejumlah strategi yang adaptif dan
inovatif. Era disrupsi seringkali didorong oleh teknologi dan perubahan pasar
yang cepat, sehingga UMKM perlu berfokus pada fleksibilitas, kreativitas, dan
ketahanan. Berikut beberapa strategi yang dapat membantu UMKM meningkatkan daya
saing mereka dalam situasi disrupsi:
1. Adopsi Teknologi: Investasi dalam teknologi adalah
kunci untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing. Hal ini dapat termasuk
pemanfaatan e-commerce, platform digital, dan perangkat lunak manajemen bisnis
untuk mengoptimalkan operasi dan memperluas pangsa pasar.
2. Inovasi Produk dan Layanan: UMKM perlu berfokus
pada inovasi produk dan layanan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang berubah.
Membangun produk atau layanan yang unik atau menggabungkan teknologi baru dalam
bisnis mereka dapat membantu mereka bersaing lebih baik.
3. Pelajari Pelanggan: Memahami kebutuhan dan
preferensi pelanggan adalah kunci dalam menghadapi disrupsi. UMKM dapat
menggunakan data pelanggan dan umpan balik untuk menyesuaikan produk dan
layanan mereka.
4. Kolaborasi: Membentuk kemitraan atau kolaborasi
dengan perusahaan lain, baik dalam bisnis tradisional maupun startup teknologi,
dapat membantu UMKM mengakses sumber daya tambahan, teknologi baru, dan pangsa
pasar yang lebih besar.
5. Fleksibilitas dan Responsif: UMKM perlu menjadi
responsif terhadap perubahan dalam pasar dan lingkungan bisnis. Kemampuan untuk
beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan dapat memberikan keunggulan
kompetitif.
6. Peningkatan Kualitas dan Pelayanan: Fokus pada
kualitas produk atau layanan, serta memberikan pengalaman pelanggan yang
unggul, dapat membantu UMKM mempertahankan pelanggan yang lebih lama dan
mendapatkan rekomendasi dari pelanggan.
7. Pendidikan dan Pengembangan Karyawan: Memastikan
karyawan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menghadapi
teknologi dan perubahan pasar yang baru adalah penting. Investasi dalam
pelatihan dan pengembangan karyawan adalah strategi yang baik.
8. Diversifikasi: Diversifikasi dalam hal produk,
pasar, atau sumber pendapatan dapat membantu mengurangi risiko. Jika satu lini
bisnis terganggu, UMKM masih dapat mengandalkan yang lain.
9. Rencana Kontinjensi: Membuat rencana kontinjensi
yang mempertimbangkan berbagai skenario disrupsi dapat membantu UMKM merespons
perubahan dengan lebih baik dan lebih cepat.
10. Manajemen Keuangan yang Bijak: Manajemen keuangan
yang baik adalah kunci untuk kelangsungan bisnis. UMKM perlu memastikan bahwa
mereka memiliki dana yang cukup untuk mengatasi situasi disrupsi tanpa merusak
keberlanjutan bisnis.
Meningkatkan daya saing UMKM di era disrupsi
memerlukan kombinasi strategi teknologi, inovasi, ketahanan, dan responsif
terhadap perubahan. Dengan mengambil langkah-langkah ini, UMKM dapat
memposisikan diri mereka untuk bertahan dan bahkan berkembang di tengah
ketidakpastian pasar. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/8xb1RnnbTSs?si=8SZEbKC-zXsH4c1x
Dalam pemaparan narasumber, Dr. Hendi Prihanto, S.E.,
M.Ak. (Dosen FEB Moestopo Jakarta) menjelaskan tentang Kepemimpinan Era Disruptif.
Kepemimpinan di era disruptif memerlukan kualitas dan pendekatan yang berbeda
dibandingkan dengan lingkungan bisnis yang lebih stabil. Kepemimpinan harus
lebih adaptif, inovatif, dan responsif terhadap perubahan yang cepat. Berikut
adalah beberapa karakteristik dan prinsip kepemimpinan yang relevan di era
disruptif:
1. Visi dan Strategi yang Jelas: Kepemimpinan harus
memiliki visi yang jelas tentang arah yang diinginkan perusahaan di tengah
disrupsi. Mereka juga harus mampu merancang strategi yang responsif terhadap
perubahan pasar dan teknologi.
2. Inovasi dan Kreativitas: Pemimpin perlu mendorong
inovasi dan kreativitas di seluruh organisasi. Mereka harus membuka pintu bagi
ide-ide baru dan memungkinkan eksperimen yang berani.
3. Adaptabilitas: Kemampuan untuk beradaptasi dengan
cepat dan fleksibel sangat penting. Pemimpin harus siap untuk mengubah rencana
dan taktik saat situasi berubah.
4. Empati dan Kepedulian: Pemimpin yang efektif harus
memiliki kemampuan untuk memahami dan merespons kebutuhan dan kekhawatiran
karyawan mereka. Ini menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan
produktif.
5. Mengutamakan Pembelajaran: Pemimpin harus
mengutamakan pembelajaran sebagai bagian penting dari budaya perusahaan. Mereka
harus mendorong karyawan untuk terus belajar dan berkembang.
6. Pemberian Wewenang (Empowerment): Memberikan
wewenang kepada karyawan dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan proyek
dapat meningkatkan responsivitas organisasi dan memotivasi tim.
7. Manajemen Risiko yang Bijak: Pemimpin harus
memahami risiko yang terkait dengan perubahan dan disrupsi, dan mereka harus
mampu mengelola risiko ini dengan bijak.
8. Komunikasi yang Terbuka dan Transparan: Komunikasi
yang terbuka dan jujur kepada seluruh organisasi sangat penting. Ini membantu
dalam mengurangi ketidakpastian dan membangun kepercayaan.
9. Kolaborasi: Pemimpin harus mendorong kolaborasi di
antara tim dan dengan pemangku kepentingan eksternal. Ini dapat membantu dalam
mengakses sumber daya tambahan dan pemikiran yang beragam.
10. Fokus pada Pelanggan: Fokus utama harus tetap pada
kepuasan pelanggan. Memahami kebutuhan pelanggan dan merespons perubahan dalam
preferensi mereka adalah kunci untuk kesuksesan jangka panjang.
11. Penggunaan Teknologi: Pemimpin harus mampu
memahami dan memanfaatkan teknologi yang relevan untuk meningkatkan operasi dan
menciptakan nilai tambah.
12. Berfikir Panjang: Kepemimpinan di era disruptif
tidak boleh terjebak dalam tindakan jangka pendek. Mereka harus
mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan mereka.
13. Pendekatan Berbasis Data: Pengambilan keputusan
harus didasarkan pada data dan analisis yang kuat. Data dapat membantu dalam
merancang strategi yang lebih efektif.
Kepemimpinan di era disruptif adalah tentang
menciptakan lingkungan yang memungkinkan perusahaan untuk beradaptasi dengan
cepat, mengambil risiko yang dikelola dengan bijak, dan tetap berorientasi pada
inovasi dan pelanggan. Pemimpin yang berhasil di era ini harus menjadi pionir
perubahan dan memimpin organisasi mereka ke arah yang lebih baik di tengah
ketidakpastian dan perubahan konstan. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton
di https://www.youtube.com/live/8xb1RnnbTSs?si=WQtYo8EUXrCxfz7_
Dalam pemaparan narasumber, Aftuqa Sholikatur
Rohmania, M.M. (Dosen Universitas STEKOM Semarang) menjelaskan tentang Peran
Pemimpin dalam Membangun Daya Saing Perusahaan di Era Disruptif. Perusahaan membutuhkan
pemimpin dalam menggerakan semua potensinya untuk mencapai tujuannya. Pemimpin harus
menetapkan rencana dan strategi dalam pelaksanaanya. Kemampuan pemimpin dalam
mengimplementasikan strateginya.
Disrupsi dalam kepemimpinan adalah mengubah atau
menginovasi cara-cara kepemimpinan bekerja sesuai dengan perubahan dan
perkembangan teknologi dan segala aspek peradaban yang dominan sehingga menjadi
efektif, efisien dan sehat.
Untuk dapat sukses di era
disrupsi ini seorang pemimpin didorong untuk mengubah model kepemimpinannya di
tiga area yaitu bagaimana pemimpin berfikir (Congnitive transformation),
Mengambil tindakan (behaviroral transformation), bereaksi (emotional
transformation).
Peran pemimpin sangat
penting dalam membantu membangun daya saing perusahaan di era disruptif.
Pemimpin memiliki pengaruh besar dalam membentuk budaya perusahaan, strategi,
dan reaksi organisasi terhadap perubahan dan tantangan yang dihadapi. Berikut
adalah beberapa peran utama pemimpin dalam konteks ini:
1. Menentukan Visi dan
Strategi: Pemimpin harus memiliki visi yang jelas tentang arah perusahaan di
era disruptif. Mereka perlu merancang strategi yang responsif terhadap
perubahan pasar dan teknologi. Visi ini harus dibagikan dengan seluruh
organisasi untuk memberikan arah yang jelas.
2. Mendorong Inovasi: Pemimpin
harus menjadi advokat inovasi di seluruh organisasi. Mereka harus mendorong tim
untuk berpikir kreatif, menciptakan produk dan layanan baru, dan mencari cara
baru untuk menghadapi tantangan.
3. Pembelajaran
Berkelanjutan: Pemimpin harus mengutamakan pembelajaran sebagai bagian penting
dari budaya perusahaan. Mereka perlu memotivasi karyawan untuk terus belajar
dan berkembang, baik dalam hal pengetahuan teknis maupun keterampilan
kepemimpinan.
4. Mengelola Perubahan: Pemimpin
harus dapat mengelola perubahan dengan bijak. Mereka perlu mengkomunikasikan
perubahan dengan jelas, mengidentifikasi dampaknya, dan membantu karyawan
beradaptasi dengan perubahan tersebut.
5. Empowerment: Memberikan
wewenang kepada karyawan dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan proyek
dapat meningkatkan responsivitas organisasi. Pemimpin harus memungkinkan tim
untuk mengambil inisiatif dan bertindak secara otonom.
6. Manajemen Risiko: Pemimpin
harus memahami risiko yang terkait dengan perubahan dan disrupsi, dan mereka
harus mampu mengelola risiko ini dengan bijak. Ini termasuk pengambilan risiko
yang dikelola untuk mencapai tujuan strategis.
7. Kepedulian terhadap
Karyawan: Pemimpin perlu memiliki empati dan peduli terhadap kesejahteraan
karyawan. Ini menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan produktif.
8. Komunikasi yang Terbuka: Komunikasi
yang terbuka dan jujur kepada seluruh organisasi sangat penting. Pemimpin harus
menjelaskan perubahan, visi, dan tujuan dengan cara yang mudah dipahami dan
meyakinkan.
9. Kolaborasi: Pemimpin
harus mendorong kolaborasi di antara tim dan dengan pemangku kepentingan
eksternal. Ini dapat membantu perusahaan mengakses sumber daya tambahan dan
pemikiran yang beragam.
10. Fokus pada Pelanggan: Pemimpin
harus memastikan bahwa perusahaan selalu berfokus pada kepuasan pelanggan.
Memahami kebutuhan pelanggan dan merespons perubahan dalam preferensi mereka
adalah kunci untuk mempertahankan daya saing.
11. Penggunaan Teknologi: Pemimpin
harus mampu memahami dan memanfaatkan teknologi yang relevan untuk meningkatkan
operasi dan menciptakan nilai tambah.
12. Berfikir Panjang: Pemimpin
harus mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan mereka dan tidak
terjebak dalam tindakan jangka pendek.
Pemimpin yang efektif di era
disruptif harus mampu membawa perubahan, mendorong inovasi, dan menciptakan
budaya yang responsif terhadap perubahan. Mereka juga harus menjadi teladan
dalam memimpin organisasi menuju kesuksesan jangka panjang di tengah ketidakpastian
dan perubahan yang cepat. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/8xb1RnnbTSs?si=5ru2SvtBxLVKS8H_
Dalam pemaparan narasumber, Dr. Dewi Khrisna (Dosen FEB UPN Veteran Jatim Surabaya)
menjelaskan tentang Creating Star Performers at work: Calibrating KPI and HR
Development Plans. Menciptakan pemain bintang di tempat kerja melibatkan
pengembangan individu yang berkinerja tinggi dan berpotensi untuk memberikan
dampak positif besar pada perusahaan. Ini memerlukan kalibrasi rencana
pengembangan yang melibatkan Key Performance Indicators (KPI) dan Sumber Daya
Manusia (SDM) secara efektif. Berikut adalah langkah-langkah untuk menciptakan
pemain bintang di tempat kerja:
1. Identifikasi Bakat dan Potensi: Pertama,
identifikasi bakat dan potensi di antara karyawan Anda. Ini dapat dilakukan
melalui penilaian kinerja, wawancara, dan penilaian lainnya. Tentukan siapa
yang memiliki kinerja tinggi dan berpotensi untuk pertumbuhan.
2. Tentukan KPI yang Jelas: Setelah mengidentifikasi
karyawan yang memiliki potensi, tetapkan KPI yang jelas dan terukur. KPI harus
sesuai dengan tujuan perusahaan dan menjadi indikator sukses yang relevan untuk
posisi masing-masing.
3. Rencanakan Pengembangan: Berdasarkan KPI yang
ditetapkan, buat rencana pengembangan individual untuk karyawan yang memiliki
potensi. Rencana ini harus mencakup pelatihan, proyek-proyek khusus,
pembelajaran tambahan, dan pengalaman yang mendukung perkembangan mereka.
4. Mentoring dan Pembinaan: Pasangkan karyawan yang
berpotensi dengan mentor atau pembimbing yang berpengalaman dalam organisasi.
Mentoring dan pembinaan dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan dan
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana mencapai KPI mereka.
5. Monitor dan Umpan Balik Rutin: Adakan pertemuan
rutin untuk memantau kemajuan karyawan yang sedang dikembangkan. Berikan umpan
balik konstruktif tentang kinerja mereka dan saran untuk perbaikan.
6. Fleksibilitas dalam Penyesuaian Rencana: Terkadang,
rencana pengembangan perlu disesuaikan sesuai dengan perkembangan dan perubahan
dalam organisasi. Pemimpin perlu memiliki fleksibilitas dalam menyesuaikan
rencana sesuai kebutuhan.
7. Evaluasi Teratur: Lakukan evaluasi teratur terhadap
rencana pengembangan dan KPI. Pastikan bahwa karyawan yang dikembangkan
benar-benar membuat kemajuan yang sesuai dengan harapan.
8. Pengakuan dan Insentif: Kenali dan berikan insentif
kepada karyawan yang mencapai atau melebihi KPI mereka. Pengakuan dapat berupa
penghargaan, promosi, atau imbalan lainnya yang sesuai.
9. Pembangunan Budaya Pembelajaran: Pastikan bahwa
organisasi memiliki budaya pembelajaran yang mendukung pengembangan karyawan.
Dorong karyawan untuk terus belajar dan berkembang sepanjang karir mereka.
10. Jalur Karir Jelas: Pastikan bahwa karyawan yang
berkembang memiliki jalur karir yang jelas dan peluang untuk memajukan karir
mereka di perusahaan.
11. Kesempatan untuk Berkontribusi: Berikan kesempatan
bagi karyawan yang berkembang untuk berkontribusi pada proyek-proyek yang
penting bagi perusahaan. Ini dapat membantu mereka mempraktikkan keterampilan
dan pengetahuan yang mereka pelajari.
12. Evaluasi Progres dan Kesuksesan: Secara berkala,
evaluasi progres dan kesuksesan pemain bintang yang telah dikembangkan.
Menganalisis dampak positif yang mereka berikan pada perusahaan dan memutuskan
apakah perlu tindakan lebih lanjut untuk pengembangan mereka.
Menciptakan pemain bintang di tempat kerja
adalah investasi jangka panjang dalam pertumbuhan dan keberhasilan perusahaan.
Dengan mengkalibrasi rencana pengembangan berdasarkan KPI dan SDM yang tepat,
Anda dapat membantu karyawan berkinerja tinggi mencapai potensi penuh mereka
dan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi organisasi. Penjelasan lebih
lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/8xb1RnnbTSs?si=OSeONmADO2TfBpOj