Semarang, 30 November 2023 Fakultas Vokasi
Universitas Sains dan Teknologi Komputer (Universitas STEKOM) bekerja sama
dengan Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya Malang, Fakultas Vokasi
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Fakultas Vokasi Institut Pertanian Bogor,
Politeknik Negeri Medan, Politeknik YKPN – Yogyakarta, Politeknik Negeri
Padang, Politeknik Negeri Bali, Politeknik Negeri Lampung, Politeknik Negeri
Semarang, Perkumpulan Komunitas Industri dan Vokasi Indonesia (PERKIVI),
Perkumpulan Teacherpreneur Indonesia Cerdas (PTIC) dan TopLoker.com, Sukses dalam menyelenggarakan Webinar Nasional dengan tema Pendidikan Vokasi Sebagai Solusi Menciptakan
Lampangan Kerja
Â
Acara Webinar Nasional Pendidikan Vokasi Sebagai Solusi Menciptakan
Lapangan Kerja tersebut diselenggarakan Kamis, 30 November 2023 Pukul 13.00 s.d
16.00 WIB yang di laksanakan melalui Zoom
Meeting dan You Tube Universitas Sains dan Teknologi Komputer (Universitas STEKOM)
dan di hadiri oleh mahasiwa dan masyarakat umum.
Â
Webinar Nasional ini Menghadirkan 10 Narasumber, narasumbernya yaitu Dr. A. Faidlal Rahman, SE.Par., M.Sc. (Dosen FV Universitas Brawijaya Malang), Agus D. Priyanto, S.S, M,Sc. (Dosen FV Universitas Sebelas Maret Surakarta), Willy Bachtiar, S.I.Kom., M.I.Kom. (Dosen FV Institut Pertanian Bogor), Rahmat Widia Sembiring, S.E., M.Sc., IT., Ph.D. (Dosen Politeknik Negeri Medan), Yudi Santara, S.E., M.Si., Ak., C.A., B.K.P. (Dosen Politeknik YKPN Yogyakarta), Dr. Primadona, SE., M.Si. (Dosen Politeknik Negeri Padang), Prof. Dr. I Nyoman Gede Arya Astawa, ST, M.Kom. (Dosen Politeknik Negeri Bali), Marlinda Apriyani, S.P., M.P. (Dosen Politeknik Negeri Lampung), Sindu HW Sasono, BSEE, M.Eng.Sc, PhD. (Dosen Politeknik Negeri Semarang), dan Sukirman, S.Pd. (Ketua Umum Perkumpulan Komunitas Industri dan Vokasi Indonesia)Â
Dalam pemaparan narasumber, Dr. A. Faidlal Rahman, SE.Par., M.Sc. (Dosen FV
Universitas Brawijaya Malang) menjelaskan tentang Pendidikan Vokasi dalam
Mencetak SDM yang mampu Menciptakan Lapangan Kerja. Pendidikan Vokasi yaitu Pendidikan
tinggi program diploma yang menyiapkan mahasiswa untuk pekerja dengan keahlian
terapan tertentu sampai program sarjana terapan (UU 12 Tahun 2012, Pasal 16,
ayat 1). Presentasi pengangguran terdidik tingkat perguruan tinggi di Indonesia
sebesar 13,33% terhadap total pengangguran. Tahun 2022 total pengangguran terdidik
PT tercatat sejumlah 1.120.128 orang yang terdiri dari 235.359 lulusan PT
Vokasi dan 884.768 lulusan PT Akademik (Depnaker,2022).
Â
Perbedaan Orientasi antara Pendidikan Vokasi & DUDIKA.
Pendidikan Vokasi (Edukasi). Melaksanakan dan mengembangkan Tri Dharma
Perguruan Tinggi. Menyiapkan sarana & prasarana pembelajaran. Mencetak lulusan
yang memiliki keahlian.
Dalam pemaparan narasumber, Agus D. Priyanto, S.S, M,Sc. (Dosen FV
Universitas Sebelas Maret Surakarta) menjelaskan tentang Membangun Ekosistem
Meningkatkan Kesiapbekerjaan Lulusan Vokasi. Membangun ekosistem yang dapat
meningkatkan kesiapbekerjaan lulusan vokasi merupakan langkah krusial untuk
menghadapi tantangan pasar kerja yang terus berubah. Berikut adalah beberapa
langkah yang dapat diambil dalam membangun ekosistem tersebut:
1. Kolaborasi dengan Industri: Mengintensifkan kerjasama dengan industri
adalah kunci. Lebih banyak keterlibatan dari pihak industri dalam menyusun
kurikulum, menyelenggarakan magang, dan memberikan materi kuliah tamu akan
membantu lulusan vokasi lebih siap menghadapi tuntutan dunia kerja.
2. Penyelarasan
Kurikulum dengan Kebutuhan Industri: Menyelaraskan
kurikulum pendidikan vokasi dengan kebutuhan industri saat ini dan mendatang
adalah langkah penting. Pembaruan konten kurikulum yang berkala dapat membantu
memastikan bahwa lulusan memiliki keterampilan yang sesuai dengan tuntutan
pasar kerja.
3. Magang
dan Praktik Kerja: Menyediakan kesempatan magang dan
praktik kerja di perusahaan-perusahaan terkemuka adalah cara efektif untuk
memberikan pengalaman kerja nyata kepada mahasiswa vokasi. Hal ini juga
memungkinkan mereka untuk membangun jaringan profesional sejak dini.
4. Pembelajaran
Berbasis Proyek: Mengadopsi pendekatan pembelajaran berbasis proyek dalam
kurikulum dapat membantu mahasiswa vokasi mengembangkan keterampilan praktis
yang dapat diterapkan di dunia kerja.
5. Pengembangan
Keterampilan Lunak: Fokus pada pengembangan
keterampilan lunak seperti komunikasi, kepemimpinan, dan kerja tim sangat
penting. Meningkatkan keterampilan ini akan membuat lulusan lebih siap untuk
beradaptasi dengan lingkungan kerja yang dinamis.
6. Pusat
Karir dan Bimbingan: Mendirikan pusat karir dan bimbingan yang aktif dapat
membantu mahasiswa vokasi dalam mencari pekerjaan setelah lulus. Pusat ini
dapat memberikan layanan seperti pelatihan wawancara, penyusunan CV, dan
koneksi dengan perusahaan.
7. Pendampingan
oleh Mentor Industri: Memfasilitasi
program pendampingan oleh profesional industri dapat memberikan pandangan
langsung tentang dunia kerja kepada mahasiswa vokasi. Mentor dapat memberikan
arahan, saran, dan pemahaman praktis.
8. Pelatihan Teknologi dan Digital: Memberikan pelatihan dalam bidang
teknologi dan digital menjadi semakin penting. Keterampilan seperti analisis
data, kecerdasan buatan, dan pemrograman dapat meningkatkan daya saing lulusan
di berbagai sektor.
9. Sistem Monitoring Alumni: Membangun sistem yang memantau perjalanan
karir alumni dapat membantu memahami sejauh mana program pendidikan vokasi
telah berhasil menciptakan lulusan yang sukses di pasar kerja.
Â
Dalam pemaparan narasumber, Willy Bachtiar, S.I.Kom., M.I.Kom. (Dosen FV
Institut Pertanian Bogor) menjelaskan tentang Membangun SDM Unggul Melalui
Inovasi Pendidikan Vokasi: Tantangan & Peluang di Era Digital. Pendidikan
Vokasi diarahkan menjadi Vokasi 4.0, yaitu di antaranya dirancang untuk
memenuhi tuntunan industri dan transformasi digital di berbagai sektor
(skil-based). Langkah ini berfokus pada pengembangan keterampilan komprehensif
termasuk kecerdasan emosional, berpikir kristis, dan kreativitas (adaptive dan
adaptable); serta menumbuhkan semangat kewirausahaan dan inovasi
(entrepreneurial). Meski demikian, pengembangan pendidikan vokas masih
menghadapi tantangan terutama angka pengangguran terdidik dari tingkat pengangguran
terbuka tertinggi, besaral dari pendidikan vokasi, pada februari 2023
pengangguran mencapai 9,6 persen untuk SMK dan 5,91 persen dari diploma I/II/III.
Artinya, 14,5 persen angka pengangguran terbuka berlatar belakang pendidikan
vokasi. Semakin banyak tenaga kerja di Indonesia yang memiliki sertifikasi profesi,
artinya semakin kompeten SDM Indonesia yang mempunyai modal untuk berkompetisi.
Â
Stigma terhadap pendidikan Vokasi. Di beberapa masyarakat, terutama di
negara-negara yang lebih berkembang, pendidikan vokasi sering dianggap sebagai
pilihan sekunder dibandingkan dengan pendidikan tinggi. Ini menciptakan stigma
sosial untuk mengajar pendidikan vokasi, bahkan jika itu adalah jalur yang sesuai
untuk mereka.
Â
Membangun SDM unggul melalui inovasi dalam pendidikan vokasional di era digital melibatkan penyesuaian terhadap dinamika pasar kerja dan kebutuhan teknologi. Tentangan ini dapat diatasi dengan kreativitas dan kolaborasi antara institusi pendidikan, industri, dan pemerintah. Dengan memanfaatkan peluang yang ada, pendidikan vokasional dapat menjadi fondasi bagi generasi yang siap menghadapi tuntutan dunia kerja yang terus berubah. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/gz_zwg2KZoY?si=HwgzPsUjKa8PZeH7
Dalam pemaparan narasumber, Rahmat Widia Sembiring, S.E., M.Sc., IT., Ph.D. (Dosen Politeknik Negeri
Medan) menjelaskan tentang Kolaborasi Industri Persimpangan jalan Pendidikan
Vokasi Menuju kemajuan dan kemandirian. Industri adalah kelompok perusahaan
atau organisasi produktif yang memproduksi atau memasok barang, jasa, atau
sumber pendapatan. Dalam ilmu ekonomi, industri umumnya diklasifikasikan
menjadi industri primer, sekunder, tersier, dan kuaterner; industri sekunder selanjutnya
diklasifikasikan menjadi berat dan ringan.
Â
Kolaborasi adalah bekerja bersama dengan orang lain atau bersama-sama
terutama dalam upaya intelektual.
Â
Perguruan tinggi vokasi adalah penyelenggaran pendidikan tinggi pada bidang
pertanian, perdagangan, keteknikan, atau industri. Kombinasi pengajaran berupa
teoretis dan pengalaman praktis.
Â
Peran Pemerintah dalam kolaborasi industri dan pendidikan vokasi. Sampai
dengan tahun 2024, peringkat SDM Indonesia berada pada posisi 65 dari 130
negara, tertinggal dibandingkan Malaysia diperingkat ke-33, Thailand
diperingkat ke-40, dan Vietnam diperingkat ke-64 (Renstra Dirjen Vokasi, 2020).
Misi pertama Kemendikbud yaitu Mewujudkan pendidikan yang relevan berkualitas
tinggi, merata dan berkelanjutan didukung infrastruktur dan teknologi. Direktorat
Jenderal Pendidikan Vokasi melakukan akselerasi strategi transformasi
pendidikan vokasi dengan memperluas akses pendidikan vokasi bagi seluruh pihak,
termasuk peserta didik, satuan pendidikan, guru/dosen/instruktur/pendidik,
tenaga kependidikan. Pendidikan Tinggi Vokasi fokus pada peningkatan mutu
kelembagaan dan sumber daya pendidikan tinggi vokasi (Permendikbud Nomor 28
Tahun 2021).
Â
Mutu perguruan tinggi di Indonesia. Pada akhir 2022 tercatat di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) terdapat
4,491 PT dengan 9,755,129 mahasiswa. Mayoritas PT di Indonesia merupakan PT
swasta (PTS). Jumlah ini setara 95,97% dari total pergurun tinggi di Indonesia. Statistik
mutu perguruan tinggi: 48% belum terakreditasi, 32% terakreditasi C/Baik, 18%
terakreditasi B/Baik Sekali, 2% yang terakreditasi A/Unggul. Masih cukup banyak
perguruan tinggi di Indonesia yang mutunya masih rendah, umumnya perguruan
tinggi-perguruan tinggi kecil. Akibatnya, tata kelola menjadi tidak optimal
sehingga berpengaruh pada pencapaian
mutu pendidikan.
Â
Peran Perguruan Tinggi Vokasi. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan vokasi merupakan pendidikan
tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan
keahlian terapan tertentu yang maksimal setara dengan program sarjana.
Â
Revitalisasi pendidikan tinggi vokasi sebagai Kebijakan Pemerintah
Menghadapi Mutu Perguruan Tinggi. Revitalisasi pendidikan tinggi vokasi sesuai Peraturan
Presiden No. 68 tahun 2022, dilakukan penandatangan nota kesepahaman (MoU)
antar lima Menteri yaitu Menristekdikti, Mendikbud, Menteri Tenaga Kerja,
Menteri Perindustrian, dan Menteri BUMN. Revitalisasi adalah bentuk komitmen
bersama dalam mengembangkan pendidikan kejuruan dan vokasi berbasis kompetensi
yang link and match dengan kebutuhan industri.
Â
Ruang Ligkup Revitalisasi. Membangun pendidikan kejuruan dan vokasi
berbasis kompetensi yang link and match dengan industri. Restrukturisasi
program keahlian dan kurikulum pada satuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan
industri. Pembangunan infrastruktur kompetensi bidang industri. Fasilitasi
industri dalam pelaksanaan praktik kerja lapangan dan/atau pemagangan industri
bagi siswa/mahasiwa dan guru/dosen, fasilitasi industri untuk penyediaan
workshop /teaching factory, dan penyediaan instruktur dari industri, peningkatan
kompetensi guru/dosen melalui pendidikan, pelatihan dan pemagangan industri,
serta peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan kejuruan
dan vokasi.
Â
Pendidikan Tinggi Vokasi berbasis kerja sama industri, mencakup: Peningkatan
sinergi dan kerja sama antara dunia pendidikan dan dunia kerja yang proaktif
dan progresif didukung dengan berbagai kebijakan insentif dalam pendanaannya. Peningkatan
peran pemerintah daerah untuk pengembangan pendidikan tinggi vokasi berbasis wilayah.
Pemetaan kebutuhan keahlian termasuk penguatan informasi pasar kerja.
Â
Relevansi pendidikan vokasi dengan dunia usaha/kerja dan industri : penyusunan
program dan kurikulum, penyediaan dosen ahli dan instruktur, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, misalnya dengan menerima
mahasiswa untuk magang di perusahaan atau dengan mendirikan lab factory di
kampus, pemberian beasiswa, dan pemberian sertifikasi bagi lulusan program
vokasi oleh perusahaan-perusahaan yang kompeten di bidangnya.
Â
Penguatan Tata Kelola Pendidikan Tinggi Vokasi Menuju Kemajuan Dan
Kemandirian : Pengendalian Perguruan Tinggi Vokasi baru dan prodi yang tidak
sesuai standar dan kebutuhan industri. Peningkatan penilaian kualitas satuan
pendidikan. Pengaturan untuk fleksibilitas pengelolaan keuangan pada unit
produksi/teaching factory/teaching Industri. Pengembangan skema pendanaan
peningkatan keahlian. Pembentukan lembaga single oversight tingkat nasional
untuk vokasi. Peningkatan akses pendidikan tinggi vokasi melalui kartu prakerja.
Â
Peran industri dalam peningkatan lembaga pendidikan vokasional:
1. Sumber Pengembangan Kompetensi Lulusan. Yakni, sesuai Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) menurut Kementerian Perindustrian dan Pedoman
BNSP merupakan rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan
(knowledge), keterampilan dan/atau keahlian (skills) serta sikap kerja
(attitude) yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
2. Sumber Pengembangan Isi Kurikulum. Yakni, SKKNI ikut menentukan kualitas
pembelajaran kejuruan dan vokasi, perlu ada sinkronisasi antara isi dalam SKKNI
dengan standar nasional pendidikan, sehingga materi yang disampaikan pembelajaran
kejuruan dan vokasi benar-benar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
3. Sumber Pengembangan Proses Pembelajaran Vokasional. Yakni menjadi tempat
magang kerja, dan juga tempat belajar manajemen industri dan wawasan dunia
kerja.
4. Sumber Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Yakni dengan menyediakan magang khusus untuk pendidik maupunt enaga kependidikan dalam rangka membantu menyiapkan tenaga kerja yang kompeten dan berkualitas untuk kelangsungan hidup industri. Industri bersama asosiasi profesi, lembaga pendidikan vokasional, dan LSP menyediakan diklat/pelatihan pendidikan dan tenaga kependidikan untuk melayani peserta didik dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang telah disusun. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/gz_zwg2KZoY?si=0iXmVmQJvO32qQh8
Dalam pemaparan narasumber, Yudi Santara, S.E., M.Si., Ak., C.A., B.K.P.
(Dosen Politeknik YKPN Yogyakarta) menjelaskan tentang Muatan Ketermpilan
Entrepreneurshiip Pada Pendidikan Vokasi. UU No. 12/2012 Pasal 16: Pendidikan
vokasi merupakan Pendidikan Tinggi program diploma yang menyiapkan Mahasiswa
untuk pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu sampai program sarjana
terapan. Perpres Nomor 68 tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan
Pelatihan Vokasi: Pendidikan dan Pelatihan Vokasi ditujukan untuk menyiapkan
SDM kompeten, produktif, dan berdaya saing guna menyiapkan dan menyongsong
Indonesia Emas 2045.
Â
Tantangan Lingkungan Profesi.
1. Kompetisi yang semakin ketat pada semua bidang profesi.
2. Kompetensi lulusan pendidikan vokasi yang belum sepenuhnya sesuai dengan
tuntutan linkungan profesi, karena beragam problem pada faktor input dan proses
pendidikan.
3. Meningkatnya tuntutan penguasaan kemampuan kreatif dan inovatif pada
semua bidang profesi.
4. Tuntutan penguasaan keunggulan kompetensi pendukung (soft skill), yang secara
umum justru sulit dipenuhi oleh generasi milenial karena terbiasa hidup dengan
serba mudah dan instan.
5. Tuntutan penguasaan keunggulan talenta entrepreneurship pada semua
bidang profesi.
6. Tuntutan penguasaan keunggulan kemampuan beradaptasi dengan perubahan
lingkungan profesi.
Â
Tuntutan Lulusan Pendidikan Vokasi.
1. Menguasai keunggulan kompetensi pada bidang studinya (hard skill).
2. Menguasai keunggulan soft skill (keterampilan: kerja sama (kolaborasi), komunikasi,
interaksi sosial, membangun jejaring, dan berorganisasi).
3. Menguasai keunggulan kemampuan beradaptasi dengan perubahan dan
peningkatan tuntutan profesi.
4. Menguasai keunggulan Inovatif dan kreatif dalam menjalankan profesi.
5. Menguasai keunggulan talenta entrepreneurship.
Â
Entrepreneur. Orang yang menguasai talenta dalam membangun dan merealisasikan
gagasan baru dalam bidang bisnis dan profesi, atau memiliki talenta dalam
merealisasikan gagasan kreatif dan inovatif.
Entrepreneurship. Segala hal yang berhubungan dengan pengembangan dan
realisasi gagasan baru dalam bisnis dan profesi secara kreatif dan inovatif. Kreatif
adalah melakukan hal yang sama dengan cara berbeda, sedangkan inovatif adalah
pengembangan atas hal yang telah ada atau penciptaan hal yang sama sekali baru.
Â
Kolaborasi adalah kerjasama antar individu atau antar kelompok yang masing-masing
menguasai keunggulan talenta yang berbeda- beda, untuk mewujudkan pencapaian
tujuan tertentu, atau pencapaian visi-misi tertentu.
Â
Pendidikan vokasi harus membekali lulusan dengan keunggulan kompetensi
dalam bidang tertentu, termasuk keunggulan dalam bidang entrepreneurship dan
keunggulan keterampilan berkolaborasi (memiliki keunggulan hard skill dan soft
skill).
1. Muatan entrepreneurship disisipkan pada semua konten mata kuliah.
2. Muatan kompetensi kolaborasi diintegrasikan pada keseluruhan proses akademik dan non akademik. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/gz_zwg2KZoY?si=0iXmVmQJvO32qQh8
Dalam pemaparan narasumber, Dr. Primadona, SE., M.Si. (Dosen Politeknik
Negeri Padang) menjelaskan tentang Tantangan Pendidikan Vokasi di Era Digital.
Â
5 Sektor Motor Ekonomi Indonesia
Dalam upaya menyiapkan tenaga kerja untuk produk-produk unggulan yang mempunyai
nilai tambah tinggi dan kebutuhan permintaan global.
1. Agribisnis. Penyerapan tenaga kerja besar untuk kelapa sawit, karet,
tebu, teh, kopi, dan hortikultura.
2. Pariwisata. Penyumbang Devisa Terbesar Kedua.
3. HealThcare. Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat, Berpotensi Meningkatkan
Proporsi Pengeluaran untuk Kesehatan.
4. E-Commerce. Peningkatan Penetrasi Internet dan Penggunaan Smartphone, Berpotensi
Meningkatkan Transaksi E-Commerce.
5. Ekspor tenaga kerja. Meningkatkan Pengiriman Tenaga Kerja Terampil ke Luar
Negeri.
Â
Fokus Pemerintah pada Tahun 2018 & 2024 adalah pembangunan kualitas
SDM, melalui pengembangan vokasi. Kita harus terus memperbaiki piramida kualifikasi
tenaga kerja kita agar menjadi tenaga kerja yang terlatih, terampil agar
terserap semuanya ke dalam industri-industri kita, kata Kepala Negara.
Â
Kementerian terkait, yaitu Kemnaker; Kemdikbud; Kemristek Dikti; dan Kementerian
lainnya harus mulai merancang apa yang akan dikerjakan dalam pembangunan SDM
pada tahun 2018 dan 2019. (Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, 12
Februari 2018)
Â
Strategi Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Vokasi di Indonesia. Dalam
mengembangkan pendidikan vokasi di 5 sektor yang menjadi motor ekonomi
Indonesia, ada kebijakan dan perubahan mendasar (fundamental) yang harus
dilakukan oleh Kementerian atau Lembaga terkait:
1. Tenaga Pengajar. Pemenuhan tenaga pengajar vokasi terutama yang memiliki
keahlian tertentu (produktif).
2. Kurikulum. Menyusun kurikulum yang selaras dengan kebutuhan DUDI dan mengacu
pada SKKNI dan KKNI serta perkembangan Revolusi Industri 4.0
3. Kualitas Siswa. Membenahi penyaringan siswa agar yang masuk ke sekolah
vokasi adalah siswa yang berkualitas.
4. Penggunaan Teknologi Digital. Penggunaan platform digital dalam proses pengajaran
dan informasi pasar tenaga kerja.
5. Skema Pemagangan. Kolaborasi antara lembaga pendidikan vokasi dan DUDI melalui
pemagangan.
6. keterlibatan Stakeholder. Memperkuat keterlibatan asosiasi, industri dan
masyarakat dalam pengembangan vokasi.
7. Sarana Prasarana. Menyediakan sarana dan prasarana peralatan praktek yang sesuai dengan kebutuhan DUDI. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/gz_zwg2KZoY?si=0iXmVmQJvO32qQh8
Dalam pemaparan narasumber, Prof. Dr. I Nyoman Gede Arya Astawa, ST, M.Kom.
(Dosen Politeknik Negeri Bali) menjelaskan tentang Pentingnya Produk Unggulan
pada Pendidikan Vokasi.
UU 12 Tahun 2012.
Pendidikan Akademik. Pasal 15 (1). Pendidikan Tinggi Prog. Sarjana dan atau
Pasca Sarjana yang di arahkan pada Penguasaan dan Pengembangan Cabang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.
Pendidikan Vokasi. Pasal 16 (1). Pendidikan Tinggi Prog. Diploma yang
menyiapkan Mahasiswa untuk Pekerjaan dengan Keahlihan Terapan tertentu sampai
Prog. Sarjana Terapan.
Pendidikan Profesi. Pasal 17. Pendidikan Tinggi setelah Program Sarjana
yang menyiapkan Mahasiswa untuk Pekerjaan yang memerlukan Persyaratan Ahli
Khusus.
Â
Pengembangan Kurikulum adalah hak perguruan tinggi (dijamin UU PT 2012)
dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Kurikulum adalah
strategi yang terprogram untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan.
Â
Pendidikan Tinggi Vokasi. Capaian pembelajaran hasil penjabaran dari KKNI,
maka program pendidikan tinggi vokasi:
1. Menghasilkan keahlian terapan yang didukung oleh keilmuan.
2. Proses pendidikan yang mengedepankan Hands on experience (praktik) Technical
Skills.
3. Pendidikan dengan luaran Kompetensi tervalidasi melalui sertifikasi
kompetensi.
4. Melibatkan kegiatan di laboratorium, bengkel kerja, teaching industry /
factory (TEFA), PBL serta industry.
5. Pendidikan Tinggi Vokasi adalah pendidikan yang fokus pada pemenuhan
kompetensi kerja spesifik terkini pada lulusannya agar dapat berkontribusi
nyata dalam menyelesaikan masalah (Market Demand relevan dengan Visi PT dan ciri
Program Studi).
6. Ciri utama dari lulusan pendidikan tinggi vokasi adalah mereka dapat menjadi problem solver (penyelesai masalah). Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/gz_zwg2KZoY?si=0iXmVmQJvO32qQh8
Pemaparan narasumber, Marlinda Apriyani, S.P., M.P. (Dosen Politeknik
Negeri Lampung) menjelaskan tentang Agribisnis dan Peluang Kerja. Program
Vokasi adalah program pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi yang bertujuan
untuk mempersiapkan tenaga yang dapat menetapkan keahlian dan ketrampilan di
bidangnya, siap kerja dan mampu bersaing secara global.
Â
Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan komoditas pertanian
dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan mata rantai
produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran
pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan.
Â
Agribisnis mencakup berbagai kegiatan yang melibatkan produksi, distribusi,
dan pemasaran produk pertanian. Seiring dengan perkembangan teknologi dan
perubahan dalam kebutuhan konsumen, sektor agribisnis menjadi semakin beragam.
Berikut adalah beberapa peluang kerja yang terkait dengan agribisnis:
1. Pertanian Modern: Manajer Pertanian: Bertanggung jawab atas perencanaan,
pengorganisasian, dan pengelolaan operasional pertanian. Ahli Agronomi:
Menyediakan saran teknis kepada petani mengenai budidaya tanaman dan tanah. Insinyur
Pertanian: Merancang dan mengembangkan peralatan pertanian dan sistem irigasi.
2. Pemasaran dan Distribusi: Spesialis Pemasaran Agribisnis: Menangani
strategi pemasaran untuk produk pertanian. Manajer Rantai Pasokan: Mengelola
distribusi dan logistik dari produksi hingga konsumen.
3. Agroindustri: Manajer Pabrik Pengolahan Makanan: Bertanggung jawab atas
operasi pabrik pengolahan makanan yang menggunakan bahan baku pertanian. Ahli
Teknologi Pangan: Mengembangkan produk makanan baru dan meningkatkan proses
produksi.
4. Inovasi dan Teknologi: Ahli Agri-Teknologi: Mengembangkan dan menerapkan
teknologi inovatif dalam pertanian. Pengembang Aplikasi Pertanian: Menciptakan solusi teknologi seperti
aplikasi untuk mempermudah manajemen pertanian.
5. Konsultan Bisnis Pertanian: Konsultan Bisnis Pertanian: Memberikan saran
kepada petani atau perusahaan pertanian mengenai manajemen, strategi, dan
pengembangan bisnis.
6. Pendidikan dan Penyuluhan: Pendidik Pertanian: Mengajar di lembaga
pendidikan atau memberikan pelatihan kepada petani. Penyuluh Pertanian: Bekerja langsung dengan petani untuk memberikan
informasi teknis dan manajemen.
7. Keberlanjutan dan Lingkungan: Manajer Keberlanjutan Pertanian:
Bertanggung jawab atas implementasi praktik pertanian yang berkelanjutan. Spesialis
Lingkungan Pertanian: Memastikan kegiatan pertanian mematuhi regulasi
lingkungan dan praktik berkelanjutan.
8. Pengembangan Produk dan Penelitian: Peneliti Pertanian: Melakukan
penelitian untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian. Pengembang
Produk Agribisnis: Mengembangkan produk baru dari hasil pertanian dan
menentukan strategi pemasaran.
Â
Peluang kerja di sektor agribisnis terus berkembang
sejalan dengan peningkatan kesadaran akan keberlanjutan dan kebutuhan global
akan pangan. Para profesional agribisnis diperlukan untuk menciptakan solusi
inovatif dalam menghadapi tantangan pertanian modern. Penjelasan lebih
lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/gz_zwg2KZoY?si=0iXmVmQJvO32qQh8
Dalam pemaparan narasumber, Sindu HW Sasono, BSEE, M.Eng.Sc, PhD. (Dosen
Politeknik Negeri Semarang) menjelaskan tentang Berperan dalam SDM berdaya
Saing. Berperan dalam Sumber Daya Manusia (SDM) yang berdaya saing menjadi
kunci dalam menghadapi tantangan pasar kerja yang dinamis. Berikut adalah
beberapa peran kunci yang dapat diambil untuk meningkatkan daya saing SDM:
1. Pendidikan dan Pelatihan: Menyediakan pelatihan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar
kerja saat ini dan masa depan. Ini termasuk peningkatan keterampilan teknis dan
keterampilan lunak yang diperlukan oleh industri.
2. Pengembangan Keterampilan: Mendukung pengembangan keterampilan individu dengan memberikan akses ke
program-program pelatihan, workshop, dan kursus online. Ini dapat mencakup
pelatihan dalam bidang teknologi, keahlian interpersonal, kepemimpinan, dan
keterampilan kreatif.
3. Mentorship dan Pembimbingan: Menyelenggarakan program mentorship untuk membantu SDM dalam pengembangan
karir mereka. Mentorship dapat memberikan panduan, dukungan, dan wawasan
langsung dari profesional yang lebih berpengalaman.
4. Penilaian Kinerja dan Umpan Balik: Melakukan penilaian kinerja secara teratur dan memberikan umpan balik
konstruktif. Ini membantu SDM untuk terus meningkatkan kinerja mereka dan
mengidentifikasi area pengembangan yang perlu diperhatikan.
5. Keseimbangan Kerja-Hidup: Mempromosikan keseimbangan kerja-hidup dengan menyediakan fleksibilitas
dalam jadwal kerja dan dukungan untuk inisiatif kesejahteraan karyawan.
Karyawan yang bahagia dan sehat cenderung lebih produktif dan berdaya saing.
6. Diversifikasi dan Inklusivitas: Mendorong keberagaman dan inklusivitas dalam lingkungan kerja. Tim yang
beragam dapat membawa perspektif yang berbeda, memperkaya ide-ide kreatif, dan
meningkatkan inovasi.
7. Kepemimpinan yang Inspiratif: Memiliki
kepemimpinan yang inspiratif dan memotivasi. Pemimpin yang mampu memberikan visi jangka panjang, memotivasi tim, dan
memfasilitasi perkembangan individu dapat meningkatkan daya saing SDM.
8. Penerapan Teknologi: Mengadopsi teknologi dalam proses bisnis dan manajemen SDM. Sistem
manajemen sumber daya manusia yang efisien dan teknologi terkini dapat membantu
dalam pemantauan kinerja, pengelolaan data, dan pengembangan karyawan.
9. Adaptabilitas dan Kemampuan Belajar: Mendorong adaptabilitas dan kemampuan belajar kontinu. SDM yang dapat
dengan cepat beradaptasi dengan perubahan lingkungan kerja dan terus belajar
akan lebih bersaing dalam pasar kerja yang terus berubah.
10. Perencanaan Karir: Menyediakan peluang untuk perencanaan karir yang jelas dan pengembangan
jenjang karir. Hal ini dapat memberikan motivasi tambahan kepada SDM untuk
meningkatkan kinerja mereka.
Â
Dengan mengambil peran aktif dalam pengembangan SDM, baik dari segi keterampilan maupun kesejahteraan mereka, organisasi dapat menciptakan lingkungan yang berdaya saing dan responsif terhadap perubahan dalam dunia kerja. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/gz_zwg2KZoY?si=0iXmVmQJvO32qQh8
Dalam pemaparan narasumber, Sukirman, S.Pd. (Ketua Umum Perkumpulan
Komunitas Industri dan Vokasi Indonesia) menjelaskan tentang Optimalisasi
Keterserapan Lulusan Vokasi dalam Mengisi Lapangan Kerja di Era Industri 4.0. Optimalisasi
keterserapan lulusan vokasi dalam mengisi lapangan kerja di Era Industri 4.0
merupakan tantangan yang membutuhkan pendekatan holistik. Berikut adalah
beberapa strategi yang dapat diambil untuk mencapai tujuan tersebut:
1. Pembaruan Kurikulum: Melakukan pembaruan terus-menerus pada kurikulum pendidikan vokasi untuk
memastikan bahwa lulusan memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan
industri 4.0. Ini mencakup penekanan pada teknologi digital, kecerdasan buatan,
dan keterampilan digital lainnya.
2. Kerjasama dengan Industri: Meningkatkan kolaborasi aktif antara lembaga pendidikan vokasi dan
industri. Hal ini dapat mencakup penetapan dewan industri, program magang, dan
proyek-proyek kolaboratif untuk memberikan pengalaman praktis kepada mahasiswa.
3. Pemberdayaan Dosen dan Tenaga Pengajar: Memberdayakan dosen dan tenaga pengajar untuk terus mengembangkan
keterampilan mereka sesuai dengan perkembangan teknologi. Pelatihan rutin,
partisipasi dalam proyek industri, dan pertukaran pengetahuan dengan praktisi
industri dapat meningkatkan kualitas pengajaran.
4. Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran: Mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran untuk menciptakan
pengalaman belajar yang lebih interaktif dan relevan dengan dunia industri.
Penggunaan simulasi, platform pembelajaran online, dan proyek-proyek teknologi
dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa.
5. Penguatan Keterampilan Lunak: Fokus pada pengembangan keterampilan lunak seperti kemampuan berpikir
kritis, komunikasi, dan kerja tim. Keterampilan ini tetap penting di Era
Industri 4.0 dan dapat meningkatkan daya saing lulusan.
6. Pusat Karir dan Penempatan Kerja: Membangun pusat karir yang aktif untuk memberikan dukungan dalam penempatan
kerja, termasuk pembinaan karir, penyusunan CV, dan simulasi wawancara. Hal ini
membantu mahasiswa menjadi lebih siap dan percaya diri saat mencari pekerjaan.
7. Program Magang dan Praktik Kerja: Meningkatkan program magang dan praktik kerja dengan memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman praktis di lingkungan industri.
Program ini dapat membuka pintu bagi penempatan kerja langsung setelah lulus.
8. Pendidikan Berkelanjutan: Mendorong konsep pendidikan sepanjang hayat dengan memberikan akses untuk
pelatihan dan pengembangan keterampilan terus-menerus selama karir profesional.
Ini dapat dilakukan melalui kursus online, pelatihan berbasis proyek, atau
sertifikasi lanjutan.
9. Keterlibatan Komunitas: Melibatkan komunitas dalam proses pembelajaran melalui proyek-proyek sosial
dan kerjasama dengan organisasi nirlaba. Hal ini dapat memperkaya pengalaman
mahasiswa dan meningkatkan keterlibatan mereka dalam isu-isu global.
10. Pemantauan dan Evaluasi: Melakukan pemantauan terus-menerus terhadap keberhasilan lulusan dalam
dunia kerja. Evaluasi ini dapat membantu dalam menyesuaikan program-program
pendidikan untuk memenuhi kebutuhan industri secara lebih akurat.
Â