
Semarang, 16 Januari 2024 Progdi S1 Bisnis
Universitas Sains dan Teknologi Komputer (Universitas STEKOM) bekerja sama
dengan Fakultas Ekonomi dan Sosial Universitas Amikom Yogyakarta, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Denpasar Bali, Fakultas Ekonomi
Universitas Bangka Belitung Pangkal Pinang (Kepulauan Bangka Belitung),
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Bandung, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Jayabaya Jakarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Merdeka Malang,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasakti Tegal, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhamaddiyah Malang, STIE STEKOM, Perkumpulan Komunitas
Industri dan Vokasi Indonesia (PERKIVI), Perkumpulan Teacherpreneur Indonesia
Cerdas (PTIC) dan https://www.Toploker.com, Sukses dalam
menyelenggarakan Webinar Nasional dengan tema Membangun
Bisnis Berkelanjutan di Tahun 2024.
Acara Webinar Nasional Membangun Bisnis Berkelanjutan di Tahun 2024 tersebut
diselenggarakan Selasa, 16 Januari 2024 Pukul 13.00 s.d 16.00 WIB yang di laksanakan melalui Zoom Meeting dan You
Tube Universitas Sains dan Teknologi Komputer (Universitas STEKOM) dan di
hadiri oleh mahasiwa dan masyarakat umum.
Webinar Nasional ini Menghadirkan 10 Narasumber, narasumbernya yaitu Fahrul
Imam Santoso, S.E., Ak., M.Ak., CA., C.FTax. (Dosen FES AMIKOM Yogyakarta), Dr.
Sayu Ketut Sutrisna Dewi, S.E., M.M., Ak. (Dosen FEB Udayana Denpasar Bali), Tiara
Fitari, S.E., MBA. (Dosen FE UBB Pangkal Pinang ,Kepulauan Bangka Belitung), Prof.
Dr. Sri Hartini, S.E., M.Si. (Dosen FEB Airlangga Surabaya), Rizka Estisia
Pratiwi, S.E., M.S.M. (Dosen FEB UNISBA Bandung), Yusnidar, S.E., Ak., M.Ak.
(Dosen FEB Univ. Jayabaya Jakarta), Prof. Dr. Widji Astuti, SE., MM., CPMA.
(Dosen FEB UNMER Malang), Deddy Prihadi, S.E, M.Kom. (Dosen FEB Univ.
Pancasakti Tegal), Novitasari Agus Saputri, S.Pd., M.Pd. (Dosen FEB UMM Malang),
dan Wibi Ardi Alvianto, M.Pd. (Dosen Universitas STEKOM Semarang)
Dalam pemaparan narasumber, Fahrul Imam Santoso, S.E., Ak., M.Ak., CA.,
C.FTax. (Dosen FES AMIKOM Yogyakarta) menjelaskan tentang Membangun Bisnis
Berkelanjutan di Tahun 2024. Membangun bisnis berkelanjutan di tahun 2024
melibatkan sejumlah faktor yang mencerminkan perubahan tren dan kebutuhan di
era ini. Berikut adalah beberapa poin penting yang dapat membantu Anda
membangun bisnis berkelanjutan:
1. Kesadaran Lingkungan dan Keberlanjutan: Bisnis yang berfokus pada
keberlanjutan lingkungan akan menjadi lebih relevan. Konsumen semakin
memperhatikan dampak lingkungan dari produk dan layanan yang mereka beli. Mengurangi
jejak karbon, mengelola limbah dengan bijak, dan menggunakan sumber daya secara
efisien adalah aspek penting dari keberlanjutan bisnis.
2. Teknologi Hijau: Pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan akan
menjadi kunci. Penggunaan energi terbarukan, otomatisasi untuk efisiensi, dan
solusi teknologi yang mendukung praktik bisnis berkelanjutan akan semakin
diterima.
3. Pemberdayaan Karyawan: Bisnis berkelanjutan tidak hanya tentang dampak
lingkungan, tetapi juga melibatkan pemberdayaan karyawan. Menciptakan
lingkungan kerja yang inklusif, menyediakan pelatihan dan pengembangan, serta
menawarkan keadilan dalam hal upah dan tunjangan adalah faktor penting.
4. Transparansi dan Tanggung Jawab Sosial: Konsumen semakin menghargai
transparansi. Bisnis yang jujur tentang praktik bisnisnya, baik dalam hal
produksi, rantai pasokan, atau dampak sosial, akan mendapatkan kepercayaan
konsumen. Tanggung jawab sosial perusahaan, seperti dukungan terhadap
masyarakat lokal, program amal, atau inisiatif sosial, juga menjadi elemen
kunci.
5. Pertumbuhan Digital: Perubahan menuju bisnis digital dan e-commerce akan
terus berlanjut. Bisnis yang mampu memanfaatkan teknologi digital untuk
meningkatkan efisiensi operasional dan mencapai pasar yang lebih luas akan
lebih berkelanjutan.
6. Inovasi Berkelanjutan: Bisnis yang terus berinovasi untuk menciptakan
produk dan layanan yang lebih berkelanjutan akan memiliki daya saing yang lebih
tinggi. Pengembangan produk ramah lingkungan atau penggunaan bahan baku yang
dapat didaur ulang adalah contoh inovasi tersebut.
7. Kolaborasi dan Kemitraan: Kerja sama dengan pihak-pihak terkait,
termasuk mitra bisnis, pemerintah, dan organisasi non-profit, dapat memperkuat
upaya keberlanjutan bisnis. Kemitraan yang strategis dapat membantu membagi
beban dan menciptakan dampak positif yang lebih besar.
8. Penggunaan Data untuk Pengambilan Keputusan: Menerapkan analisis data
untuk memantau dan mengukur dampak keberlanjutan bisnis menjadi semakin
penting. Data dapat membantu dalam mengidentifikasi area di mana perbaikan
dapat dilakukan dan memandu keputusan strategis.
Dengan memperhatikan faktor-faktor ini, bisnis dapat membangun fondasi yang
kuat untuk pertumbuhan berkelanjutan di tahun 2024 dan beyond. Selain itu,
mengikuti perkembangan tren bisnis dan adaptasi terhadap perubahan dalam
ekonomi dan masyarakat juga menjadi kunci kesuksesan jangka panjang. Penjelasan
lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/k8PhOijzPEQ?si=mPgwF_zf64T1F0cs
Dalam pemaparan narasumber, Dr. Sayu Ketut Sutrisna Dewi, S.E., M.M., Ak.
(Dosen FEB Udayana Denpasar Bali) menjelaskan tentang Triple Buttom Line.
Konsep yang berhubungan dengan tiga unsur penting yaitu kesejahteraan ekonomi,
kualitas lingkungan, dan keadilan sosial. Business Sustainablility.
Business sustainability, atau keberlanjutan bisnis, merujuk pada upaya
sebuah perusahaan untuk menjalankan operasinya dengan memperhatikan dampak
ekonomi, lingkungan, dan sosial dalam jangka panjang. Hal ini mencakup
keberlanjutan ekonomi (profitabilitas jangka panjang), keberlanjutan lingkungan
(perlindungan terhadap lingkungan), dan keberlanjutan sosial (kesejahteraan
masyarakat dan karyawan). Berikut adalah beberapa komponen utama dalam konteks
keberlanjutan bisnis:
1. Keberlanjutan Ekonomi: Fokus pada profitabilitas jangka panjang agar perusahaan dapat bertahan dan
berkembang. Manajemen finansial yang bijak untuk memastikan keberlanjutan
keuangan perusahaan. Pertumbuhan bisnis yang seimbang, menghindari praktik-praktik yang
menghasilkan keuntungan cepat tetapi tidak berkelanjutan.
2. Keberlanjutan Lingkungan: Mengelola dampak lingkungan dari operasi
bisnis, seperti emisi karbon, penggunaan sumber daya alam, dan pengelolaan
limbah. Mengadopsi praktik
bisnis yang ramah lingkungan, seperti menggunakan energi terbarukan, mendukung
daur ulang, dan mengurangi jejak karbon. Berkomitmen pada praktik produksi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
3. Keberlanjutan Sosial: Fokus pada keadilan dan kesejahteraan karyawan,
termasuk upah yang adil, keamanan kerja, dan peluang pengembangan karir. Berpartisipasi
dalam kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan, seperti program-program amal,
kontribusi terhadap masyarakat lokal, atau dukungan terhadap inisiatif sosial. Memastikan
bahwa rantai pasokan perusahaan mematuhi standar sosial dan etika yang tinggi.
4. Transparansi dan Pelaporan: Menerapkan transparansi dalam
mengkomunikasikan praktik-praktik keberlanjutan bisnis kepada pemangku
kepentingan (stakeholders). Melakukan pelaporan keberlanjutan secara berkala
untuk memberikan informasi mengenai dampak bisnis terhadap ekonomi, lingkungan,
dan masyarakat.
5. Inovasi Berkelanjutan: Mengadopsi inovasi untuk menciptakan produk dan
layanan yang lebih berkelanjutan. Mengidentifikasi cara-cara baru untuk meningkatkan efisiensi operasional
dan mengurangi dampak lingkungan.
6. Pengelolaan Risiko dan Kesempatan: Mengidentifikasi risiko yang terkait
dengan faktor-faktor lingkungan, sosial, dan ekonomi, serta mengelola risiko
tersebut secara proaktif. Mencari peluang bisnis dalam tren keberlanjutan dan
beradaptasi dengan perubahan di pasar.
Keberlanjutan
bisnis bukan hanya tentang memenuhi tanggung jawab sosial, tetapi juga
merupakan strategi bisnis yang cerdas. Perusahaan yang memprioritaskan
keberlanjutan dapat memperoleh dukungan pelanggan yang lebih besar, menarik
investasi, dan membangun reputasi yang kuat dalam jangka panjang. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/k8PhOijzPEQ?si=1AvTVZz3SwVYwvb7
Dalam pemaparan narasumber, Tiara Fitari, S.E., MBA. (Dosen FE UBB Pangkal
Pinang ,Kepulauan Bangka Belitung) menjelaskan tentang Peran Generasi Z Dalam
Membangun Green Busines 2024. Green Business atau Binis Hijau yaitu konsep
bisnis dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan untuk
mengurangi dampak negative dari kerusahaan yang ditimbulkan.
Goals Of Green Busines. Mengurangi dampak
negatif yang ditimbulkan dari kegiatan produksi dan penggunaan produk yang dihasilkan.
Peran Generasi Z dalam Green Business.
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya lingkungan dan pengembangan
ekonomi hijau.
2. Bisnis Berkelanjutan. Memulai bisnis-bisnis
yang bertanggung jawab dengan lingkungan dan mengintegrasikan prinsip-prinsip
pengembangan ekonomi hijau dalam model bisnis mereka, serta dapat mencari sumber
daya dan teknologi hijau untuk meningkatkan efesiensi dan memperkecil dampak
lingkungan.
3. Konsumsi Bertanggung Jawab. Dapat Membuat
Pilihan Konsumsi dan Bertanggung jawabdan memprioritaskan produk dan jasa yang
ramah lingkungan, mereka juga dapat meningkatkan produk local mempromosikan
praktik konsumsi berkelanjutan.
4. Advokasi dan Partisipasi. Berpartisipasi aktif
dalam proses pengambilan kebijakan dan memperjuangkan isu-isu lingkungandan
pengembangan ekonomi hijau. Mereka dapat bekerja sama dengan pihak-pihak
terkait koordinasi dengan pemerintah untuk memperjuangkan isu penting tersebut.
Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/k8PhOijzPEQ?si=6OaUBhfxQCwpX3kx
Dalam pemaparan narasumber, Prof. Dr. Sri Hartini, S.E., M.Si. (Dosen FEB Airlangga Surabaya)
menjelaskan tentang White Ocean Strategy dan Sustainability Business.
Strategi Bisnis.
1. Red Ocean Strategy. Strategi bisnis di mana perusahaan
berupaya untuk bersaing di pasar yang memiliki banyak kompetitor.
2. Blue Ocean Strategy. Strategi bisnis dengan penciptaan
produk baru atau mengubah produk lama untuk membuka pasar baru dan permintaan
baru.
3. White Ocean Strategy. Strategi bisnis yang bersifat holistic, fokus pada
lingkungan, moral dan etika untuk mendapatkan profit.
Sustainability Business ( Bisnis Berkelanjutan) Pendekatan
dalam menjalankan bisnis dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan,
masyarakat, dan ekonomi. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/k8PhOijzPEQ?si=sHpsGVeCxtYblK2m
Dalam pemaparan narasumber, Rizka Estisia Pratiwi, S.E., M.S.M. (Dosen FEB UNISBA Bandung)
menjelaskan tentang Curcularity In Sustainable Business. Konsep circularity
(dalam bahasa Indonesia disebut dengan siklus atau sirkularitas) dalam konteks
bisnis berkelanjutan merujuk pada pendekatan di mana perusahaan berupaya
memaksimalkan penggunaan ulang, daur ulang, dan pemulihan sumber daya dalam
seluruh siklus hidup produk mereka. Ini bertentangan
dengan model bisnis tradisional yang lebih bersifat linier, di mana barang
diproduksi, digunakan, dan kemudian dibuang sebagai limbah. Berikut adalah beberapa poin kunci tentang circularity dalam bisnis
berkelanjutan:
1. Desain Produk Berkelanjutan: Circular business memulai dengan desain
produk yang mempertimbangkan kemudahan daur ulang, pemulihan bahan, dan umur
panjang produk. Desain berkelanjutan dapat melibatkan pemilihan bahan yang
dapat didaur ulang, desain yang memfasilitasi pemecahan komponen untuk daur
ulang, dan pengurangan penggunaan bahan berbahaya.
2. Pemulihan dan Daur Ulang: Circular business berfokus pada pemulihan
dan daur ulang produk, komponen, atau bahan yang sudah tidak diperlukan oleh
pelanggan. Proses daur ulang dapat melibatkan pemrosesan limbah untuk
mengembalikan bahan mentah ke siklus produksi atau memanfaatkan bahan bekas
untuk membuat produk baru.
3. Model Bisnis Berbasis Layanan: Beberapa bisnis berkelanjutan
mengadopsi model bisnis berbasis layanan di mana pelanggan tidak hanya membeli
produk, tetapi juga menggunakan layanan yang terkait. Pemeliharaan, perbaikan, dan peningkatan produk dapat menjadi bagian dari
model bisnis ini, memperpanjang umur pakai produk dan mengurangi pembuangan
barang.
4. Rantai Pasokan Berkelanjutan: Keberlanjutan tidak hanya terjadi di
tingkat produk, tetapi juga dalam rantai pasokan. Bisnis berkelanjutan berupaya
memastikan bahwa mitra dan pemasok mereka juga mengadopsi praktik circularity. Ini
dapat mencakup pembelian bahan baku yang dapat didaur ulang, pengemasan ramah
lingkungan, dan praktik distribusi yang efisien.
5. Pendidikan Konsumen: Memberikan edukasi kepada konsumen tentang cara
terbaik untuk menggunakan, merawat, dan membuang produk agar sesuai dengan
prinsip circularity. Konsumen yang teredukasi dapat menjadi mitra penting dalam
menjaga siklus hidup produk.
6. Penggunaan Teknologi: Teknologi memainkan peran kunci dalam mendukung
circularity. Inovasi seperti IoT (Internet of Things), pelacakan menggunakan
blockchain, dan teknologi lainnya dapat membantu mengelola siklus hidup produk
dan bahan secara lebih efisien.
Melalui pendekatan circularity, bisnis
berkelanjutan berusaha untuk mengurangi dampak lingkungan dan menciptakan
ekonomi yang lebih berkelanjutan. Penerapan prinsip-prinsip ini dapat membantu
menciptakan siklus hidup produk yang lebih efisien dan berkontribusi pada upaya
global untuk mengatasi masalah lingkungan dan limbah. Penjelasan lebih
lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/k8PhOijzPEQ?si=FILKJsa0-EYy1YGV
Dalam pemaparan narasumber, Yusnidar, S.E., Ak., M.Ak. (Dosen FEB Univ. Jayabaya Jakarta) menjelaskan
tentang Peran Koordinasi dan Teknologi dalam Menjaga Kelangsungan Usaha. Adapun sistem poac dalam perusahaan. Planing, Organizing, Actuating, dan Controling.
Planning. Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana
untuk mencapai tujuan tersebut. Planning telah dipertimbangkan sebagai fungsi
utama manajemen dan meliputi segala sesuatu yang manajer kerjakan. Di dalam
planning, manajer memperhatikan masa depan, mengatakan “Ini adalah apa yang
ingin kita capai dan bagaimana kita akan melakukannya”. Membuat keputusan
biasanya menjadi bagian dari perencanaan karena setiap pilihan dibuat
berdasarkan proses penyelesaian setiap rencana. Planning penting karena banyak
berperan dalam menggerakan fungsi manajemen yang lain. Contohnya, setiap
manajer harus membuat rencana pekerjaan yang efektif di dalam kepegawaian
organisasi.
Organizing. Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan
fisik setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan
yang berhubungan dengan organisasi. Organizing juga meliputi penugasan setiap aktifitas,
membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik, dan menentukan siapa
yang memiliki hak untuk mengerjakan beberapa tugas. Aspek utama lain dari organizing
adalah pengelompokan kegiatan ke departemen atau beberapa subdivisi lainnya.
Misalnya kepegawaian, untuk memastikan bahwa sumber daya manusia diperlukan
untuk mencapai tujuan organisasi. Memekerjakan orang untuk pekerjaan merupakan
aktifitas kepegawaian yang khas. Kepegawaian adalah suatu aktifitas utama yang
terkadang diklasifikasikan sebagai fungsi yang terpisah dari organizing.
Actuating. Actuating adalah peran manajer untuk mengarahkan pekerja yang
sesuai dengan tujuan organisasi. Actuating adalah implementasi rencana, berbeda
dari planning dan organizing. Actuating membuat urutan rencana menjadi tindakan
dalam dunia organisasi. Sehingga tanpa tindakan nyata, rencana akan menjadi
imajinasi atau impian yang tidak pernah menjadi kenyataan.
Controlling. Controlling, memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana.
Hal ini
membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan. Jika
terjadi perbedaan yang signifikan antara kinerja aktual dan yang diharapkan,
manajer harus mengambil tindakan yang sifatnya mengoreksi. Misalnya
meningkatkan periklanan untuk meningkatkan penjualan. Fungsi dari controlling
adalah menentukan apakah rencana awal perlu direvisi, melihat hasil dari
kinerja selama ini. Jika dirasa butuh ada perubahan, maka seorang manajer akan
kembali pada proses planning. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/k8PhOijzPEQ?si=8RFkL3K1Iwdl-93f
dalam pemaparan narasumber, Prof. Dr. Widji Astuti, SE., MM., CPMA. (Dosen
FEB UNMER Malang) menjelaskan tentang Mengelola Pariwisata Berbasis Komunitas
Berkelanjutan. Mengelola pariwisata berbasis komunitas berkelanjutan melibatkan
upaya untuk mengembangkan industri pariwisata yang tidak hanya memberikan
manfaat ekonomi tetapi juga mendukung kesejahteraan dan pelestarian budaya
serta lingkungan lokal. Berikut adalah beberapa prinsip dan strategi dalam
mengelola pariwisata berbasis komunitas secara berkelanjutan:
1. Partisipasi Komunitas: Melibatkan aktif komunitas setempat dalam
perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan pariwisata. Memastikan bahwa
kepentingan dan aspirasi masyarakat setempat diakomodasi dalam kebijakan dan
program pariwisata.
2. Pelestarian Budaya dan Lingkungan: Memastikan bahwa pariwisata
berkontribusi pada pelestarian warisan budaya dan lingkungan setempat. Ini
melibatkan pengembangan praktik pariwisata yang ramah budaya dan berusaha untuk
meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
3. Pemberdayaan Ekonomi Lokal: Mendorong pengembangan usaha lokal dan
membantu dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat. Ini dapat mencakup
pelatihan keterampilan, pendirian bisnis lokal, dan partisipasi dalam rantai
pasokan pariwisata.
4. Pengembangan
Infrastruktur yang Berkelanjutan: Membangun dan mengelola infrastruktur
pariwisata dengan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan dan
keberlanjutan. Ini termasuk manajemen limbah, penggunaan energi terbarukan, dan
pengurangan jejak karbon.
5. Promosi Pariwisata Bertanggung Jawab: Mengadopsi strategi promosi yang
berfokus pada pariwisata bertanggung jawab dan berkelanjutan. Menyoroti nilai
budaya, alam, dan partisipasi masyarakat lokal untuk menarik wisatawan yang
lebih sadar lingkungan dan sosial.
6. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Meningkatkan pemahaman masyarakat
setempat tentang potensi dan tantangan pariwisata. Ini dapat mencakup program
pendidikan, pelatihan, dan kampanye kesadaran untuk mendorong pemahaman tentang
pentingnya menjaga keberlanjutan dalam pariwisata.
7. Pengelolaan Pengunjung: Mengelola jumlah dan perilaku wisatawan untuk
meminimalkan dampak negatif pada lingkungan dan budaya setempat. Ini dapat
melibatkan penerapan kuota kunjungan, pembatasan aktivitas tertentu, atau
penggunaan teknologi untuk memantau dan mengelola pengunjung.
8. Kerjasama dengan Pihak Eksternal: Berkerjasama dengan pihak eksternal,
seperti organisasi non-pemerintah, lembaga riset, atau pihak swasta yang
memiliki kepentingan dalam pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
9. Pengukuran dan Pelaporan Kinerja:
Mengukur dan melaporkan dampak pariwisata secara berkelanjutan, termasuk
kontribusi ekonomi, efek sosial, dan dampak lingkungan. Hal ini membantu dalam
memahami keberhasilan dan mengevaluasi upaya perbaikan yang diperlukan.
Mengelola pariwisata berbasis komunitas berkelanjutan memerlukan
keseimbangan yang cermat antara memajukan industri pariwisata dan melindungi
sumber daya lokal. Pendekatan ini menciptakan keuntungan yang berkelanjutan
bagi masyarakat setempat, wisatawan, dan lingkungan. Penjelasan lebih
lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/k8PhOijzPEQ?si=7j2LQTtEqS9tQHkS
Dalam pemaparan narasumber, Deddy Prihadi, S.E, M.Kom. (Dosen FEB Univ.
Pancasakti Tegal) menjelaskan tentang Entrepreneur Era Digital dalam Menghadapi
Society 5.0. Society 5.0 adalah konsep masyarakat yang diusulkan oleh
pemerintah Jepang yang menggambarkan evolusi masyarakat manusia melalui
penggabungan teknologi informasi dengan dunia fisik.
Dalam era digital dan Society 5.0, profil seorang entrepreneur harus
mencerminkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi, memanfaatkan
inovasi digital, dan memiliki dampak positif pada masyarakat.
Ekonomi kreatif dan digital akan mempengaruhi entrepreneurship dalam
menghadapi era society 5.0. Society 5.0 adalah masa dimana teknologi dan
manusia akan selalu berdampingan untuk meningkatkan kualitas taraf hidup secara
berkelanjutan. Era society 5.0 berpusat pada manusia (human-centered), dan teknologi
digital adalah bagian dari manusia itu sendiri. Pada era digital, kemajuan
teknologi digital diaplikasikan pada entrepreneurship.
Kemajuan teknologi memberikan kemudahan untuk pemenuhan kebutuhan, dan
merupakan momentum berkembangnya society 5.0. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hampir 50% masyarakat di Indonesia bertransaksi online, dan jumlahnya
akan bertambah terus setiap tahunnya. Transaksi online sangat diminati karena memberikan
kemudahan dalam bertransaksi tanpa batasan waktu dan tempat serta dapat menelusuri
perbandingan harga antar produk. Selain itu juga, pangsa pasarnya lebih luas.
Ekonomi digital merupakan gabungan dari infrastruktur teknologi informasi,
layanan elektronik, dan kegiatan bisnis melalui jaringan komputer. Entrepreneurship
dapat dikembangkan dengan penggunaan teknologi-teknologi tersebut. Ekonomi
digital yang kreatif menggunakan secara bersamaan General Purposes Technology
(GPTs) dengan berbagai kegiatan ekonomi dan sosial melalui internet dan teknologi
terkait. Teknologi digital tersebut juga harus didukung dengan aplikasi seperti
Internet of Things (IoT), data analytics, cloud computing, media sosial,
jejaring sosial global seperti Facebook, YouTube, Twitter, Instagram, dan sebagainya.
Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/k8PhOijzPEQ?si=Jx_cg_uOamWCPqYm
Dalam pemaparan narasumber, Novitasari Agus Saputri, S.Pd., M.Pd. (Dosen
FEB UMM Malang) menjelaskan tentang Entrepreneurship 5.0: Levels of Successful Entrepreneur.
Pada dasarnya, konsep "Entrepreneurship 5.0" mencerminkan evolusi
peran dan karakteristik yang dimiliki oleh para pengusaha atau wirausahawan.
Meskipun istilah ini mungkin tidak umum digunakan secara luas, kita dapat
merinci beberapa level atau tingkat keberhasilan pengusaha yang mencerminkan
perkembangan dari waktu ke waktu. Berikut adalah pengelompokan tingkatan
entrepreneurship yang mencakup level keberhasilan yang semakin tinggi:
1. Entrepreneurship 1.0: Tingkat ini mencakup pengusaha pemula yang baru
memasuki dunia bisnis. Fokus utama pada bertahan hidup dan menjalankan
operasional sehari-hari. Tantangan utama: Memahami pasar dan membangun fondasi
bisnis.
2. Entrepreneurship 2.0: Pengusaha pada tingkat ini sudah berhasil melalui
fase awal dan mulai mendapatkan stabilitas. Fokus pada pertumbuhan bisnis dan
ekspansi. Tantangan utama: Mengelola pertumbuhan, mengembangkan tim, dan
meningkatkan pangsa pasar.
3. Entrepreneurship 3.0: Pada level ini, pengusaha mulai mengintegrasikan
teknologi dan inovasi sebagai bagian penting dari operasional mereka. Fokus
pada keberlanjutan bisnis melalui diferensiasi dan efisiensi. Tantangan utama:
Beradaptasi dengan perubahan teknologi dan persaingan yang semakin ketat.
4. Entrepreneurship 4.0: Pengusaha di tingkat ini aktif terlibat dalam
revolusi industri 4.0, yang melibatkan integrasi teknologi seperti kecerdasan
buatan, internet of things (IoT), dan analisis data dalam bisnis mereka. Fokus
pada inovasi, penggunaan data untuk pengambilan keputusan, dan transformasi
digital. Tantangan utama: Menavigasi kompleksitas teknologi, mengelola risiko
keamanan siber, dan memahami tren pasar global.
5. Entrepreneurship 5.0: Tingkat ini mencerminkan pengusaha yang tidak
hanya sukses secara finansial tetapi juga memiliki dampak sosial dan lingkungan
yang positif. Fokus pada keberlanjutan, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR),
dan memberikan nilai tambah kepada masyarakat. Tantangan utama: Menjaga
keseimbangan antara profitabilitas dan dampak positif, serta mengelola
ekspektasi berbagai pemangku kepentingan.
Penting untuk diingat bahwa tingkatan ini bukanlah peraturan baku yang
harus diikuti oleh setiap pengusaha. Perjalanan seorang pengusaha mungkin
melibatkan kombinasi elemen dari setiap tingkat ini, dan beberapa pengusaha
mungkin lebih cepat atau lebih lambat dalam mencapai berbagai tahapan ini.
Namun, konsep ini mencerminkan evolusi pengusaha dalam menghadapi perubahan
zaman dan tuntutan pasar yang terus berkembang. Penjelasan lebih lengkapnya
bisa tonton di https://www.youtube.com/live/k8PhOijzPEQ?si=vz6vpaWF3Wsc_n-g
Dalam pemaparan narasumber, Wibi Ardi Alvianto, M.Pd. (Dosen Universitas
STEKOM Semarang) menjelaskan tentang Pentingnya Personal Branding Digital Bagi
Para Pebisnis. Personal Branding adalah Suatu proses membangun, mengelola citra
atau reputasi dan bagaimana dunia mengenal kita.
4 Cara membangun personal branding.
1. Mengenali diri sendiri. Mengenali diri sendiri membantu kamu sadar bagaimana
menjadi otentik, tidak berlebihan, mengetahui kemampuan dalam berkomunikasi, menganalisa
lingkungan dan menentukan Golas dalam setiap tujuan yang sudah di rencanakan.
2. Menentukan Target. Menentukan target personal branding. Memahami
Lingkungan, audience, konsumen. membentuk personal branding yang sesuai dengan
Faktor-faktor diatas. Agar tetap sasaran.
3. Bangung Networking. Membangun Networking
(Jaringan). Bertemu dengan Circel yang sama dalam komunitas, Mempelajari setiap
pembahasan yg akan memperlihatkan kesukaan mereka dan skill dalam menyampaikan gagasan.
4. Aktif di Media Sosial. Kamu Dikenal, maka semua
yang kamu sampaikan, yang kamu promosikan akan jauh lebih mudah diterima. dengan
perkembangan teknologi saat ini, lebih mudah membangun personal branding melalui
layar kaca dan layar Gadget. Penjelasan lebih lengkapnya bisa tonton di https://www.youtube.com/live/k8PhOijzPEQ?si=o3sBUV1kpbn_3uts