
Di tengah banyaknya hubungan zaman sekarang yang kandas di tengah jalan, kisah cinta kakek dan nenek kita sering jadi inspirasi. Mereka gak pacaran bertahun-tahun, bahkan banyak yang first time ketemu pas lamaran. Tapi anehnya, hubungan mereka justru bisa langgeng sampai tua. Kok bisa, ya?
1. Dulu, Komitmen Bukan Sekadar Status
Zaman dulu, menikah itu bukan sekadar “lagi sayang” tapi soal siap bareng-bareng jalanin hidup. Mereka gak menyepelekan ikatan pernikahan. Meski dijodohkan, mereka sama-sama tahu bahwa pernikahan butuh tanggung jawab, bukan cuma rasa suka di awal.
2. Gak Banyak Tuntutan, Fokusnya Saling Mengerti
Gak ada tuntutan “harus paham love language-ku” atau “harus selalu romantis.” Yang penting, saling ngerti dan saling bantu. Kalau ada masalah, gak langsung ngambek atau minta putus. Mereka terbiasa ngobrolin baik-baik, karena tahu hubungan bukan soal menang debat, tapi cari solusi bareng.
3. Komunikasi Simpel Tapi Tulus
Dulu belum ada HP apalagi DM Instagram. Tapi justru karena itu, komunikasi mereka lebih bermakna. Saling nanya kabar, saling perhatian, dan semuanya dilakukan dengan tulus tanpa pencitraan. Gak perlu story mesra, tapi hubungan tetap hangat dan stabil.
4. Restu Itu Penting Banget
Buat generasi mereka, restu orang tua adalah fondasi. Dijodohkan bukan berarti dipaksa, tapi biasanya lewat pertimbangan matang. Karena sudah direstui, mereka merasa punya tanggung jawab lebih buat menjaga hubungan, bukan cuma demi pasangan, tapi juga demi keluarga besar.
Jadi, Apa Pelajaran Buat Kita?
Kita gak harus dijodohkan biar hubungan awet. Tapi dari kisah mereka, kita bisa belajar bahwa cinta itu bukan cuma tentang perasaan doang. Hubungan yang kuat butuh komitmen, pengertian, dan kesediaan buat terus bertumbuh bareng. Kadang, cinta yang tumbuh pelan-pelan justru paling tahan lama.